Dorong Kolaborasi Cegah Paparan Judi Online dan Konten Negatif, DP3A Kukar Dukung Pemanfaatan AI di Sekolah

Saturday, 17 May 2025 10:53 WIB Sabtu, 17 Mei 2025 10:53 WIB 159
Plt. Kepala DP3A Kukar, Hero Suprayetno (Adv/Ruteberita)
Plt. Kepala DP3A Kukar, Hero Suprayetno (Adv/Ruteberita)

Ruteberita.com – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Kutai Kartanegara mendorong kolaborasi berbagai pihak dalam mencegah paparan konten negatif dan aktivitas judi daring yang menyasar anak-anak di tengah masifnya perkembangan teknologi informasi.

Usai membuka kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Penguatan Jejaring Antar Lembaga Penyedia Layanan Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus Tingkat Daerah, Plt. Kepala DP3A Kukar Hero Suprayetno menyampaikan hal itu kepada awak media di Hotel Grand Elty Singgasana, Tenggarong, Kamis (15/5/2025).

“Anak-anak meskipun di sekolah tidak diperkenankan membawa gawai, di luar sekolah justru memiliki lebih banyak waktu mengakses internet, terutama pada hari libur. Pengaruh teman sebaya, akses yang tidak terbatas, serta pengawasan orang tua dan sekolah yang masih lemah membuat mereka rentan terhadap konten negatif,” ujar Hero.

Ia menekankan pentingnya peran semua pihak, termasuk media, dalam memberikan edukasi penggunaan teknologi secara bijak.

Menurutnya, teknologi seharusnya digunakan untuk menunjang kompetensi anak, bukan sebaliknya.

Terkait pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) di dunia pendidikan, Hero berharap sekolah tidak menutup diri terhadap perkembangan yang ada.

“Guru harus mampu mengadopsi teknologi ini dalam proses pembelajaran. AI tidak bisa dihindari dalam dunia pendidikan saat ini karena dapat memperkaya wawasan siswa melalui berbagai media,” katanya.

Ia menambahkan, penggunaan AI harus tetap diarahkan pada konteks pembelajaran yang mendorong kreativitas dan nalar kritis siswa.

“Jangan sampai siswa hanya bergantung pada AI tanpa proses belajar yang aktif. Kita harus menekankan metode Amati, Tiru, dan Modifikasi (ATM) agar siswa tetap berpikir kritis dan kreatif,” tuturnya.

Menurut Hero, AI hanyalah alat bantu, bukan satu-satunya sumber belajar. Pemanfaatannya harus disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan yang mendukung kompetensi global siswa.

“Guru juga harus terbuka terhadap perkembangan ini, karena teknologi bukan lagi hal baru, tetapi sudah menjadi kebutuhan. Ini adalah proses panjang yang membutuhkan keterlibatan bersama, bukan hanya siswa, tapi juga guru sebagai penggerak utama pendidikan,” pungkasnya. (adv/kh)

TOPIK TERKAIT

banneratas-2
iklan03