Ruteberita.com – Permasalahan pengelolaan sampah masih menjadi pekerjaan rumah serius bagi Desa Loa Pari, Kecamatan Tenggarong Seberang, seperti halnya desa-desa lain di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Kepala Desa Loa Pari, I Ketut Sudiyatmika, menyebutkan bahwa pihaknya telah memiliki konsep pengelolaan sampah melalui bank sampah, namun masih terkendala ketersediaan lahan.
“Saya sebenarnya sudah punya konsep sejak lama, tinggal butuh lahan. Minimal setengah hektare, idealnya satu hektare, supaya bisa dibangun workshop dan kantor kecil-kecilan untuk operasional bank sampah,” ujar Sudiyatmika, Senin (19/5/2025).
Ia menambahkan, konsep bank sampah yang ingin dikembangkan akan memungkinkan warga untuk memilih hasil penukaran sampah dalam bentuk tunai atau tabungan.
Bahkan, ia menuturkan bahwa program serupa sempat berjalan pada 2015 dan berhasil membantu warga hingga ada yang menyekolahkan anak dengan tabungan dari sampah.
Namun, program itu kini terhenti karena pihak pengepul tidak lagi datang menjemput sampah warga.
“Dulu warga tinggal setor, dijemput. Sekarang yang jemput tidak ada lagi. Padahal programnya sudah terbukti bermanfaat,” jelasnya.
Sudiyatmika juga mengungkapkan bahwa masalah lainnya adalah keterbatasan layanan armada pengangkut sampah.
Kata dia, truk pengangkut hanya melayani jalur utama di poros Sungai Mahakam dan belum menjangkau wilayah-wilayah atas.
“Wilayah yang jauh dari jalan poros tidak terlayani. Warga akhirnya membakar sampah atau, yang lebih parah, membuang ke sungai kecil di belakang rumah. Ini yang jadi persoalan lingkungan,” ujarnya.
Ia berharap ke depan ada sinergi antara pemerintah desa, kabupaten, dan lembaga pengelola desa seperti Kopdes untuk merealisasikan bank sampah yang dikelola secara profesional, dengan dukungan infrastruktur dan edukasi bagi masyarakat.
“Ini PR besar kami. Tapi kalau ada dukungan dan lahan tersedia, kami siap jalankan,” tutupnya. (adv/kh)