Ruteberita.com, Kathmandu, Nepal – Sebuah video dramatis yang direkam seorang YouTuber asal Inggris berhasil membuka mata dunia terhadap gelombang protes yang dipimpin generasi Z di Nepal.
Video berjudul “The side of Nepal the media won’t show you 🇳🇵” yang diunggah di YouTube wehatethecold (https://www.youtube.com/watch?v=IyxSqeFrlp0) memperlihatkan bagaimana aksi massa di Kathmandu berubah menjadi kerusuhan besar, lengkap dengan tembakan peringatan, gas air mata, hingga kobaran api yang melalap gedung parlemen. Dalam rekaman berdurasi lebih dari 20 menit itu.
Harry nama YouTuber asal Inggris yang sedang melakukan perjalanan lintas negara dengan sepeda motor tanpa sengaja menjadi saksi sejarah. Ia merekam detik-detik menegangkan ketika ribuan orang menyerbu gerbang parlemen, merobohkan pagar, dan bentrok dengan aparat.
“Saya tidak percaya apa yang saya lihat. Parlemen benar-benar terbakar,” ujarnya dalam rekaman, sembari menyoroti pula sisi kemanusiaan di tengah kekacauan, saat warga berbagi air dan saling membantu mengatasi dampak gas air mata.
Aksi ini bermula dari keputusan pemerintah Nepal yang memblokir 26 platform media sosial termasuk Facebook, Instagram, WhatsApp, X, dan YouTube karena dianggap tidak mematuhi aturan registrasi lokal. Kebijakan tersebut dianggap membungkam kebebasan berekspresi dan menjadi pemicu kemarahan, terutama di kalangan muda. Namun, larangan medsos hanyalah pemantik. Akar perlawanan sebenarnya datang dari frustrasi yang lebih dalam terhadap korupsi, kesenjangan ekonomi, dan gaya hidup mewah elit politik di tengah penderitaan rakyat. Generasi Z Nepal, yang sangat aktif menggunakan internet, menjadikan media sosial sebagai alat perlawanan sekaligus bukti nyata ketidakadilan.
Kerusuhan berlangsung beberapa hari dengan bentrokan sengit antara massa dan aparat. Sedikitnya 19 orang dilaporkan tewas, ratusan lainnya luka-luka, dan berbagai fasilitas publik rusak parah. Tekanan publik yang semakin besar memaksa Perdana Menteri K. P. Sharma Oli akhirnya mengundurkan diri. Menurut laporan internasional, mantan Hakim Agung Sushila Karki diperkirakan akan ditunjuk sebagai Perdana Menteri sementara untuk meredakan krisis. Meski begitu, banyak pengamat menilai bahwa perubahan kepemimpinan hanyalah awal, karena akar masalah berupa korupsi, pengangguran, dan kesenjangan sosial-ekonomi masih belum terselesaikan.
Situasi di Kathmandu kini mulai mereda. Beberapa toko sudah kembali buka meski pengawasan aparat masih ketat. Warga tetap berhati-hati, sementara generasi muda yang memimpin gerakan ini menegaskan bahwa perjuangan mereka belum selesai. Kisah Harry dan videonya yang viral menjadi simbol bagaimana dokumentasi publik dan media sosial mampu mempercepat perubahan politik. Dari protes jalanan hingga pengunduran diri perdana menteri, protes Gen Z di Nepal menjadi bukti bahwa suara rakyat, terutama generasi muda, kini tak lagi bisa dibungkam.(*)
Editor: Redaksi Ruteberita.com
Sumber : Reuters, The Guardian, NDTV, AP News