RuTeBerita.com – Dunia sepak bola Indonesia pernah mengenal sosok legendaris bernama Andi Ramang. Berkat rekam jejaknya yang luar biasa, ia sampai mendapatkan pengakuan dari FIFA.
Bernama lengkap Andi Ramang yang dilahirkan pada tanggal 24 April 1928 di Barru, Sulawesi Selatan.
Ramang merupakan sosok pesepak bola yang dikenal publik pada medio 1950-an. Ia juga dikenal dengan julukan Kurcaci Monster.
Selain itu, Ramang juga dianggap oleh banyak ahli sepak bola dan mantan pemain Indonesia sebagai sosok pemain terbesar dalam sejarah sepak bola di tanah air. Dia juga punya hubungan yang spesial dengan PSM Makassar.
Sebab, Ramang pernah dua kali memperkuat PSM, yakni pada periode 1947-1960 dan 1962-1968. Berkat kisah-kisahnya bersama PSM itu pula, tim asal Makassar ini sempat memiliki julukan ‘Pasukan Ramang’ yang masih bertahan sampai sekarang ini.
Nama Ramang mencuat Ketika dirinya tampil membela Timnas Indonesia pada Olimpiade Melbourne 1958,Australia. Ia berhasil mencuri perhatian dunia Ketika Timnas Indonesia menghadapi Uni Soviet di perempat final. Aksi Ramang yang ciamik bahkan membuat kiper legendaris, Lev Yashin, dibuat jatuh bangun karenanya.
Dalam sebuah film dokumenter berdurasi 19 menit 33 detik, FIFA mengungkapkan besarnya pengaruh Ramang terhadap sepakbola Makassar. ia bahkan dinarasikan FIFA sebagai sebuah mitos dari penduduk Sulawesi Selatan.
FIFA juga menggambarkan Ramang sebagai sosok penting pada puncak kejayaan sepakbola Indonesia di tahun 1950-an.
Pengakuan FIFA untuk Ramang
FIFA memang memberikan pengakuan khusus untuk Ramang. Kehebatannya bahkan dikenang dan diulas secara khusus di situs resmi induk federasi sepak bola dunia itu. Salah satu yang dibahas ialah penampilannya bersama Indonesia di Olimpiade 1956 di Melbourne.
Menurut FIFA, itu menjadi ajang paling sukses dari sepak bola Indonesia di level internasional seusai menjadi negara Asia pertama yang tampil di Piala Dunia 1938.
Memang, dulunya Indonesia masih berpartisipasi di ajang ini dengan membawa status ‘Dutch East Indies’ alias Hindia Belanda. Itu tak terlepas dari status Indonesia yang masih berada di bawah masa penjajahan Belanda.
Salah satu aksi impresifnya memang terjadi ketika menghadapi Uni Soviet pada babak perempat final. Ketika itu, Ramang harus berhadapan dengan salah satu kiper terbaik sepanjang masa, Lev Yashin.
“Bek-bek Uni Soviet yang bertubuh raksasa langsung terbangun ketika Ramang, penyerang lubang bertubuh kecil, melewati dua dari mereka dan memaksa (kiper Lev) Yashin melakukan penyelamatan dengan tepisan,” tulis FIFA dalam artikelnya.
Uni Soviet memang sempat dibuat kesulitan. Mereka mengalami kebuntuan karena beberapa kali gagal membobol gawang Indonesia, dan harus menghadapi serangan balik cepat dari Ramang.
Bahkan, Ramang nyaris membuat Indonesia unggul. “Pemain berusia 32 tahun (Ramang) nyaris membawa Indonesia unggul. Pada menit ke-84, andai saja tendangannya tidak ditahan oleh kiper paling hebat dalam sejarah sepak bola,” tulis FIFA.
FIFA bahkan pernah menciptakan dokumenter khusus untuk mengabadikan kisah bersejarah yang pernah dibukukan Ramang untuk sepak bola Indonesia
Dalam video yang berjudul “Ramang – The Man, The Myth, The Legend’ itu, FIFA mengenang kisah Ramang yang sangat legendaris.
“Ramang merupakan legenda yang juga mitos dari penduduk Sulawesi Selatan. Di sini kami akan mengungkapkan seberapa kuat pengaruhnya bagi sepak bola Makassar,” tulis FIFA dalam video tersebut.
Dari Bek Kanan Menjadi Striker
Ia bermain cukup gemilang bersama Persis. Ramang mencetak tujuh gol dan membuat dirinya langsung direkrut oleh PSM. Kariernya semakin moncer dan mulai mencuat ke level nasional pada tahun 1952.
Di tahun yang sama, Ramang mendapat panggilan untuk memperkuat Timnas Indonesia menggantikan Sunar Arland, seniornya yang berhalangan karena sakit. Ketika bergabung dengan skuad Timnas, Andi berstatus sebagai pemain bek kanan menggantikan Sunar.
Pelatih Timnas saat itu, Tony Pogacnik tidak merasa puas dengan Andi Ramang yang bermain pada posisi bek kanan. Hal ini dikarenakan posturnya yang kecil, ia pun digeser posisinya menjadi striker atas permintaan dari Maladi yaitu pengurus PSSI saat itu.
Benar saja, posisi Andi Ramang sebagai striker langsung terjawab. Ia berhasil mencetak tiga gol pada pertandingan internal.
Striker Andalan
Sejak pergeseran posisinya menjadi striker, Andi Ramang pun menjadi beringas dan menjadi striker yang paling ditakuti di Asia. Hebatnya, ketika Indonesia melakukan uji coba di beberapa negara Asia, Andi mencatatkan 19 gol ke gawang lawan.
Momen yang paling diingat pada saat itu adalah ketika Andi Ramang hampir saja menjebol gawang milik Lev Yashin pada laga final Olimpiade di Melbourne. Meski skor akhir 0-0, namun Indonesia dibantai 4-0 pada keesokannya saat laga ulang.
Kemudian, Timnas Indonesia juga hampir selangkah lagi tembus putaran final Piala Dunia 1958 di Swedia setelah menang atas China dengan skor 5-4. Tiga gol dicetak oleh Andi Ramang. Namun, Indonesia pada akhirnya menolak melawan Israel yang akhirnya lolos ke Swedia.
Penghujung Karier dan Akhir Hayat Ramang yang pilu
Nahas bagi Ramang, sejak terjerat tuduhan suap pada persiapan Timnas jelang Asian Games 1962, Andi Ramang putuskan diri untuk mundur. Keputusan yang juga membuat karirnya perlahan meredup.
Setelah pensiun, Ramang juga kalah bersaing sebagai seorang pelatih karena tidak memiliki sertifikat kepelatihan.
Enam tahun sejak 1981, Andi Ramang menderita penyakit di paru-parunya tanpa mampu berobat ke rumah sakit karena tidak memiliki biaya. Hingga akhirnya, 26 September 1987 Ramang Meninggal Dunia dirumahnya.
Kehebatan, semangat dan motivasi Ramang yang menginspirasi membuat dirinya di abadikan dalam wujud patung setinggi 170cm di Pantai Losari. Nama Ramang juga kerap dilekatkan dengan PSM Makassar yang seringkali di juluki “Pasukan Ramang”.
Editor : Redaksi Ruteberita