Memahami BJ Habibie: Si Jenius dari Parepare yang Menerbangkan Indonesia

Thursday, 22 May 2025 01:38 WIB Kamis, 22 Mei 2025 01:38 WIB 218
Ilustrasi Bj Habibie (Source: Google)
Ilustrasi Bj Habibie (Source: Google)

Ruteberita.com – Dari sebuah kota kecil di Sulawesi Selatan, lahirlah seorang anak bangsa yang kelak mengubah wajah teknologi Indonesia dan menorehkan jejak penting dalam sejarah demokrasi. Nama Baharuddin Jusuf Habibie, atau BJ Habibie, tak bisa dilepaskan dari semangat zaman yang merindukan kemajuan dan kemanusiaan. Ia bukan hanya Presiden ketiga Republik Indonesia, tetapi juga simbol kejernihan akal, keberanian moral, dan integritas dalam menghadapi tantangan zaman.

Lahir pada 25 Juni 1936 di Parepare, BJ Habibie menunjukkan kecemerlangan sejak usia belia, terutama dalam bidang sains dan matematika. Ia melanjutkan pendidikan tinggi di Jerman Barat dan menorehkan prestasi luar biasa di bidang teknik penerbangan. Dalam karier internasionalnya, Habibie berhasil mengembangkan teori penting dalam dunia aeronautika, yakni Crack Propagation Theory sebuah temuan yang mampu memprediksi titik retak struktur pesawat hingga ke level atom.

Teori tersebut menjadi pijakan keselamatan penerbangan modern dan diakui secara luas oleh lembaga-lembaga besar seperti NATO, Airbus, bahkan NASA. Dengan 46 hak paten internasional, Habibie menjadi simbol kejayaan ilmu pengetahuan dari dunia ketiga.

Foto Lengkap Keluarga BJ Habibie (Source : Wikipedia)

Pada 1974, setelah bertahun-tahun mengabdi di industri pesawat terbang Eropa, Habibie pulang ke Indonesia atas permintaan pemerintah. Ia dipercaya memimpin Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (kini PT Dirgantara Indonesia) dan memulai perjalanan panjang membangun kemandirian bangsa di sektor teknologi tinggi.

Puncaknya terjadi pada 1995 ketika Indonesia sukses menerbangkan pesawat N250 “Gatotkaca”, pesawat turboprop canggih karya anak bangsa dengan teknologi fly-by-wire. Ini bukan hanya pencapaian teknis, melainkan simbol keberanian Indonesia menantang dominasi teknologi asing.

Pada Mei 1998, saat Indonesia dilanda krisis multidimensi dan Soeharto mengundurkan diri, Habibie yang kala itu menjabat Wakil Presiden diangkat menjadi Presiden. Banyak yang meragukan kapasitas politiknya, namun Habibie menjawab tantangan itu bukan dengan janji, melainkan tindakan.

Dalam waktu singkat, ia membebaskan tahanan politik, memulai reformasi militer, mencabut izin penerbitan pers yang mengekang kebebasan berbicara, dan merumuskan Undang-Undang Pers yang menjadi dasar kemerdekaan media hari ini.

Tak berhenti di sana, Habibie memisahkan Bank Indonesia dari pengaruh eksekutif, mereformasi sistem perbankan, dan membentuk Bank Mandiri yang kini menjadi salah satu bank terbesar di Asia Tenggara. Ia juga membuka jalan pemilu multipartai, memberi otonomi daerah, dan mencabut istilah “pribumi–nonpribumi” dari administrasi negara.

Di tengah kritik dan tekanan politik, Habibie mengambil keputusan besar: menyetujui referendum bagi rakyat Timor Timur. Keputusannya menuai kecaman, tetapi ia memilih mendengarkan suara nurani dan memberi rakyat hak menentukan nasibnya sendiri.

Habibie tidak mencalonkan diri kembali dalam Pemilu 1999. Ia memilih undur diri dengan tenang, meyakini bahwa banyak putra-putri bangsa lain yang mampu melanjutkan perjuangan. Meski hanya menjabat 18 bulan, jejaknya dalam demokratisasi, kebebasan pers, stabilisasi ekonomi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia menjadi tonggak penting dalam sejarah Indonesia modern.

BJ Habibie bukan sekadar presiden. Ia adalah simbol bahwa ilmu pengetahuan, keberanian moral, dan cinta tanah air bisa bersatu dalam satu sosok. Ia adalah jembatan antara laboratorium dan istana, antara logika dan hati nurani.

Dan ketika kita melihat langit tempat mimpi dan pesawat-pesawat buatan anak bangsa kini terbang di sanalah nama Habibie terus hidup.

Sumber : Kamar Film (Youtube)

Editor : Redaksi Ruteberita.com

TOPIK TERKAIT

banneratas-2
iklan03